Melestarikan Kembali Puji-Pujian Setelah Adzan
Masih
ingatkah anda? Dulu banyak sekali masjid di sekitar kita yang
menjalankan tradisi dengan membaca pujian setelah adzan. Namun seiring
berjalannya waktu, disebagian daerah tradisi itu kini mulai
ditinggalkan. Tampilnya “tokoh” yang anti toleransi dengan membawakan
dalil yang menentang, membuat kerancuan di tengah masyarakat.
Betapa besar manfaat dari tradisi pujian
setekah adzan dalam pendidikan dan pembelajaran bagi masyarakat. Berapa
banyak anak yang menghafal 20 sifat wajib Allah karena mereka mendengar
dari suara pujian yang dilantunkan setelah dikumandangkan adzan. Dan
juga nasehat lainnya yang berbentuk syair dari para ulama, yang
merupakan tuntunan dalam menjalani kehidupan.
Pujian setelah adzan walaupun dilafalkan
dengan bahasa Jawa yang berisi beragam nasehat agama, namun selalu
diiringi sholawat. Demikian pula sebaliknya dalam majelis sholawat,
disisipkan beberapa bait nasehat agama. Hal ini karena, inti dari pujian
setelah adzan adalah sholawat. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi
wa Shohbihi wa Sallam bersabda:
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ
فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى
عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا
اللَّهَ لِي الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لَا
تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ
أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
“Apabila kamu mendengar muadzin
mengumandangkan adzan, ucapkanlah seperti apa yang diucapkan. Kemudian
bersholawatlah kepadaku, karena sesungguhnya barangsiapa yang
bersholawat kepadaku satu kali niscaya Allah akan bersholawat kepadanya
sebanyak sepuluh kali. Setelah itu mintalah (kepada Allah) al‐wasilah
untukku, karena al‐wasilah itu suatu manzilah (kedudukan yang mulia) di
surga, yang tidak sepatutnya diberikan kecuali untuk seorang hamba
Allah. Dan aku berharap semoga akulah hamba itu. Maka barangsiapa yang
memohon al‐wasilah untukku, ia akan mendapatkan syafaatku” (HR.Muslim,
no. 849)
Persoalan pujian yang dikeraskan, jawaban Hasan bin Tsabit adalah dalil paling jelas dalam hal ini:
عَنْ
سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ قَالَ مَرَّ عُمَرُ بِحَسَّانَ بْنِ ثَابِتٍ
وَهُوَ يُنْشِدُ فِى الْمَسْجِدِ فَلَحَظَ إِلَيْهِ فَقَالَ قَدْ
أَنْشَدْتُ وَفِيهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْكَ ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَى أَبِى
هُرَيْرَةَ فَقَالَ أَسَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ : أَجِبْ عَنِّى اللَّهُمَّ أَيِّدْهُ بِرُوحِ
الْقُدُسِ. قَالَ اللَّهُمَّ نَعَمْ. رواه أبو دادو والنسائي
Dari Sa’id bin Musayyab ia berkata bahwa
Umar bin Khaththab pernah berjalan melewati Hassan yang sedang
melantunkan sya’ir di Masjid. Lalu Umar menegurnya dengan pandangan
mata. Tetapi Hassan berkata; “Dulu saya pernah melantunkan syair di
Masjid ini, yang ketika itu ada seseorang yang lebih mulia daripadamu
yaitu (Rasulullah).” Kemudian Hassan menoleh kepada Abu Hurairah seraya
berkata; “Saya bersumpah kepadamu dengan nama Allah hai Abu Hurairah,
pernahkah kamu mendengar Rasulullah berkata kepada saya, Hai Hassan,
balaslah sya’ir orang-orang kafir untuk membelaku! Ya Allah ya Tuhanku,
dukunglah Hassan dengan Ruhul Kudus” Abu Hurairah menjawab; “Ya, Saya
pernah mendengarnya.” (HR. Abu Dawud dan Nasa’i)
Seringkali pula, diantara bait
puji-pujian itu diselingi syair doa. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa
Alihi wa Shohbihi wa Sallam bersabda:
الدُّعَاءُ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ مُسْتَجَابٌ, فَادْعُوْا. رواه أبو يعلى
“Do’a yang dibaca antara adzan dan iqamat itu mustajab (dikabulkan oleh Allah). Maka berdo’alah kamu sekalian”. (HR. Abu Ya’la)
Syaikh Amin al-Kurdi di dalam Tanwirul Qulub menegaskan,
وَأَمَّا
الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَقِبَ اْلأَذَانِ فَقَدْ صَرَّحَ اْلأَشْيَاخُ
بِسُنِّيَّتِهِمَا, وَلاَ يَشُكُّ مُسْلِمٌ فِيْ أَنَّهُمَا مِنْ أَكْبَرِ
الْعِبَادَاتِ, وَالْجَهْرُ بِهِمَا وَكَوْنُهُمَا عَلَى مَنَارَةٍ لاَ
يُخْرِجُهُمَا عَنِ السُّنِّيَّةِ.
“Adapun membaca shalawat dan salam atas
Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam setelah adzan
(puji-pujian) para masyayikh menjelaskan bahwa hal itu hukumnya sunat.
Dan seorang muslim tidak ragu bahwa membaca shalawat dan salam itu
termasuk salah satu cabang ibadah yang sangat besar. Adapun membacanya
dengan suara keras dan di atas menara itu pun tidak menyebabkan keluar
dari hukum sunat”
Pujian setelah adzan adalah suatu
amaliah yang sangat jelas dalilnya. Maka, aneh jika terjadi kasus
penghentian ‘paksa’ di beberapa masjid. Masyarakat awam yang
mengamalkannya ditekan dengan berbagai slogan dan dalil yang sebenarnya
tidak nyambung namun dipaksakan sebagai argumen. Masyarakat awam yang
tidak mampu berdalil, akhirnya menyerah dan kalah.
Tindakan memaksakan kehendak inilah yang
menyebabkan tidak terwujudnya ukhuwah islamiyah hingga kini. Mari kita
lestarikan kembali pujian setelah adzan sebagai salah satu bentuk
pembelajaran yang tepat sasaran untuk masyarakat.
0 comments:
Post a Comment